SHARE

Dr. Nurhidayat

CARAPANDANG.COM - Dakwah adalah proses menyampaikan pesan agama, dalam proses tersebut dibutuhkan media. Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi menyebabkan terjadinya transformasi media dakwah yang begitu cepat. Transformasi yang cepat itu membuat dakwah lebih cepat, mudah dan tidak terhambat oleh jarak dan waktu. Kapanpun dan di manapun bisa mendapatkan dakwah.

Setiap momentum keagamaan seperti bulan Ramadhan umat Islam menyaksikan gempita dakwah Islam. Di masjid, mushala, perkantoran dan berbagai instansi gempita dakwah Ramadhan semakin terlihat.

Namun gempita dakwah Ramadhan tahun ini sangat terasa berbeda, hal ini dikarena dalam situasi wabah pandemi Covid-19. Situasi ini memunculkan fenomena gempita dakwah virtual Ramadhan. Dakwah virtual adalah kegiatan dakwah yang dilakukan melalui media digital atau media teknologi informasi berupa televisi, radio, internet, dan lainnya.

Dalam konteks sejarah dakwah virtual dimulai sejak tahun 1945 ketika Radio Republik Indonesia memulai siaranya. Mad'u disuguhi berbagai acara dakwah Ramadhan. Sampai saat ini ada 3000 Lembaga Penyiaran hampir di seluruh kabupaten dan kota di Indonesia setiap Ramadhan menyiarkan dakwah. Sejak perkembangan televisi maka mad'u beralih ke televisi. Sehingga radio semakin tidak efektif dan tidak dijadikan lagi media dakwah. Bahkan menurut data Biro Pusat Statistik tahun 2019 masyarakat Indonesia hanya 13% yang mendengarkan radio.

Ketika TVRI pada tanggal 24 Agustus 1962 melakukan siaranya, disusul kemudian RCTI mendapat ijin pemerintah tahun 1989, SCTV 24 Agustus 1990, TPI 23 Januari 1991 menjadi MNCTV 20 Oktober 2010, ANTV 1 Maret 1993, Indosiar 11 Januari 1995, Metrotv 25 November 2000, Transtv 15 Desember 2001, TVone sebelumnya Lativi 20 Juli 2002. Gempita dakwah virtual Ramadhan beralih ke media televisi. Media televisi lebih menarik, sebab dengan media ini dai bisa dilihat secara langsung.

Melihat peluang itu maka beberapa televisi membuat berbagai program dakwah Ramadhan antara lain program semesta bertasbih SCTV. Gema Ramadhan Islam itu Indah Transtv, Semesta Bertasbih MNCTV, Mamah dan AA Beraksi Indosiar. Cahaya Ramadhan di Kompas TV,  Ramadhan kita dan Mutiara Ramadhan di Metro TV, Damai Indonesiaku di TVone.

Hadirnya televisi, ini memunculkan dai-dai selebritis yang berdakwah di berbagai media televisi. Sebut saja Qosim Nurseha, KH. Zainudin MZ yang dijuluki dai sejuta umat. Quraisy Shihab, Jefri Al Bukari, Aa Gym. Arifin Ilham, dan lain-lain. 

Sejak tahun 2016 tranformasi dakwah virtual beralih ke media internet. Berbagai media seperti YouTube, Facebook, Instagram, Whats Pp dan lainnya, sangat diminati terutama oleh muslim milenial. Sebab mereka melek teknologi. Trend media dakwah ini melahirkan dai-dai muda energik dan inovatif dalam berdakwah.

Dai-dai milenial seperti Ustaz Abdul Shomad, Ustaz Adi Hidayat keduanya dijuluki dai sejuta follower. Selain kedua dai tersebut ada beberapa ustaz lama yang beradaptasi dan bertransformasi media dakwah dari televisi ke media internet. Contohnya Aa Gym, ia memiliki 5 juta pengikut Instagram, dan 211 ribu subscribers YouTube dengan penghasilan 63,3 juta rupiah per bulan. 

Ustaz Adi Hidayat memiliki 2,4 juta pengikut Instagram dan 369 ribu subscribers dengan penghasilan 81,6 juta rupiah. Ustaz Hanan Attaki memiliki 7,8 juta followers dan 823 subscribers dengan penghasilan 99,9 juta rupiah perbulan. Ustaz Abdul Somad memiliki 1 juta followers dan 310 subscribers penghasilan 132,3 juta per bulan.

Ramadhan ini muncul trend baru dakwah virtual Ramadhan, yaitu ini gempita dakwah Ramadhan melalui berbagai media telekonferensi seperti menggunakan aplikasi zoom meeting dan google meeting. Zoom meeting mengklaim memiliki 300 juta orang menggunakan aplikasi ini sejak bulan April 2020  saat wabah Covid-19 ini melanda dunia.

Trend ini muncul didasari oleh beberapa hal antara lain, untuk memenuhi kebutuhan umat Islam terhadap dakwah di bulan Ramadhan yang tidak didapatkan di mimbar taraweh Ramadhan sehingga untuk memenuhi kebutuhan dakwah tersebut dakwah virtual teleconference menjadi alternatif pilihan saat ini.

Kelebihan dakwah virtual Ramadhan melalui teleconference ini pertama dakwah dilakukan tidak hanya monologis tetapi bisa dialogis, sesuai dengan prinsip atau fiqhu dakwah. Kedua spektrum atau jangkauanya lebih luas tidak hanya satu negara tetapi juga lintas negara. Sebuah ormas Islam atau lembaga dakwah bisa menggelar kajian Ramadhan dengan narasumber dari berbagai negara.

Kedua hal ini tidak bisa didapatkan melalui media dakwah radio dan televisi. Dakwah melalui radio jangkauanya sempit dan tidak menarik. Dakwah dengan televisi disamping spektrumnya lebih sempit juga tidak langsung. Dengan media virtual aplikasi teleconference ini menjadi trend sekaligus yang aman, mudah dan menarik bagi mad'u.   Diprediksi media dakwah inilah yang akan berkembang dan menjadi trend ke depan pasca Covid-19 berlalu. [*]

*Oleh: Dr Nurhidayat  
Penulis merupakan Kaprodi Manajemen Zakat dan Wakaf Fakultas Agama Islam  Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Dai Ambasador Dompet Dhuafa, Sekretaris DPW IAEI DKI Jakarta dan Sekretaris DPW ADPISI Jabodetabek.