SHARE

Mendikbud Nadiem Anwar Makarim

CARAPANDANG.COM – Sosok Nadiem Anwar Makarim menjadi magnet pemberitaan tersendiri di Kabinet Indonesia Maju. Hal tersebut terlacak dari eks CEO Gojek tersebut kala dipanggil ke Istana. Ragam spekulasi pun dilayangkan bahwa Nadiem akan menjabat menteri yang memiliki latar belakang dengan kiprahnya di Gojek. Untuk kemudian sebelum pengumuman, telah beredar isu Nadiem akan menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Isu tersebut akhirnya mewujud.

Di hari pelantikannya, Mas Menteri Nadiem pun menjadi buruan media. Link and match antara dunia industri dan pendidikan diungkap menteri milenial ini. Diksi ‘teknologi’ pun diutarakan untuk memberikan layanan pendidikan di sekolah Indonesia yang jumlahnya begitu banyak.

Skeptisme, pro-kontra pun bermunculan ketika sosok berumur 35 tahun ini dipercaya sebagai Mendikbud. Narasi kapitalisme di jantung pendidikan, perlunya pedagogi, pendidikan yang tak sekadar mencetak tenaga kerja, dan aneka narasi berkelindan serta bertebaran.

Terlepas dari pro-kontra itu, magnet Nadiem membuat pendidikan di Indonesia menjadi perbincangan di ranah publik. Berbagai isu pendidikan ramai diungkap, diperdebatkan. Alumnus Harvard ini pun menghadirkan kebijakan Merdeka Belajar. Tercatat hingga kini telah tiga episode Merdeka Belajar dirilis. Masing-masing episode menarik perhatian publik. Merdeka Belajar Episode Pertama dirilis pada 11 Desember 2019. Merdeka Belajar Episode Kedua dirilis pada 24 Januari 2020. Merdeka Belajar Episode Ketiga dirilis pada 10 Februari 2020.

Secara tampilan Kebijakan Merdeka Belajar dikemas bak seorang pebisnis yang menawarkan produk ke investor maupun publik. Mendikbud Nadiem merilisnya melalui power point yang mengurai penyebab kebijakan itu muncul, menjelaskan kebijakan baru, disusun secara ringkas. Di laman kemdikbud.go.id, sejauh ini dua episode kebijakan Merdeka Belajar dijelaskan melalui pengayaan tanya jawab.

Pengemasan kebijakan publik semacam ini tentu sesuatu yang positif. Dalam hal sosialisasi, insan pendidikan, masyarakat luas dapat melihatnya secara terbuka. Tentu diperlukan sosialisasi yang lebih detail lagi bagi para pelaku dunia pendidikan, namun paling tidak hal tersebut membuka dialektika, perbincangan publik. Perkara Ujian Nasional, mahasiswa yang bisa belajar tiga semester di luar program studinya, dana BOS untuk meningkatkan kesejahteraan guru honorer, menjadi puncak-puncak dialektika, perbincangan publik dari kebijakan Merdeka Belajar yang telah dirilis.

Terlepas apakah kebijakan Merdeka Belajar telah tepat dan solutif, namun pengemasan kebijakan publik dengan cara yang simpel, terbuka dilihat, merupakan hal yang patut diapresiasi dari kepemimpinan Mas Menteri Nadiem Makarim.